Terbayang di benak akan Indah, Kejam, bebas,
serta baik atau bahkan buasnya kehidupan Begitu mendengar Hutan. Tempat dimana
berkumpulnya berbagai macam bentuk kehidupan. Ada yang bersahabat dan ada pula
yang tidak, Terlebih kepada hewan, yang Bergerak, bebas kesana-kemari membunuh
dan dibunuh, memakan dan dimakan, itulah hidup mereka yang hanya hidup untuk
makan.
Berbicara soal hewan khususnya yang hidup di hutan bebas pada dasarnya hanya akan ada 2 hal apakah pemangsa atau dimangsa, dimana segala tindak-tanduk mereka diatur dalam hukum tuhan yang biasa dikenal dengan Hukum Rimba dimana yang kuat akan memangsa yang lemah dan yang kuat akan menjadi raja. Tak hanya itu, juga kita ketahui bahwa terdapat kerajaan-kerajaan kecil di dalam hutan yang menguasai satu wilayah tertentu, luka atau bahkan mati untuk mereka yang coba masuk ke batas wilayah tersebut.
Tuhan Menciptakan Hewan tanpa akal yang membuat mereka tidak mengetahui milik dan hak siapa, apapun yang ada dihadapanya. Jika ia bisa makan atau manfaatkan pastilah ia langsung untuk memanfaatkan. Satu contoh ketika sekor kambing masuk ke ladang padi banyak hal yang sangat ia rugikan demi perutnya, petani yang kehilangan hasil panen, hama yang mati terkunyah, tikus atau katak yang terinjak dan kehilangan makanan dll tanpa sedikitpun kesadaran kambing akan hal itu. Disisi lain semua hewan akan dia diam saat ia merasa kenyang dan membiarkan hewan lain memakan sisa makanan tersebut. Buat para hewan tersebut ketika perut sudah terisi maka cukup sudah.
Berbanding terbalik dengan manusia yang di ciptakan
dengan akal budi untuk dapat hidup teratur dengan aturan-aturan yang dibuat,
tahu mana yang baik dan buruk, tahu mana yang haknya atau bukan dan tahu mana
yang butuh dan tidak butuh. Dengan akalnya mereka dapat saling hormat
menghormati, hargai menghargai serta untuk saling tolong menolong. Betapa tidak
ternilai harganya sebuah akal jika di pergunakan bagaimana seharusnya.
Apa
yang terjadi jika Akal sudah tak lagi menjadi pengendali diri ?
Republik ini nyaris menjadi contoh banyaknya
akal yang hilang demi sebuah kepentingan lambung yang tak lebih besar dari pada
kepala. Terlihat oleh mata gedung-gedung megah dengan para penghuni berdasi,
akan tetapi terlihat oleh hati hutan liar yang menjadi wilayah kekuasaan mereka
yang kuat dan tidak untuk yang lemah bahkan yang kuatpun tindas menindas, tidak
lagi mengenal mana yang menjadi miliknya atau tidak asalkan bisa di manfaatkan
walau harus merugikan banyak pihak, bahkan terkadang melebihi para hewan dengan
tidak pernah merasa kenyang dan puas dengan apa yang telah dimiliki, dimana
yang kuat tetap menjadi pemangsa yang lemah dan yang lemah hanya mampu meratapi
nasib dan terus berjuang untuk lepas dari jeratan pemangsa agar tetap hidup.
Hukum
hanya menjadi sebuah karya Ilmiah yang menghiasi dinding-dinding Republik ini
sama sekali tidak untuk di jalankan untuk mereka yang berkuasa akan tetapi akan
benar-benar harus dijalankan untuk mereka yang lemah layaknya 2 mata pisau,
terbukti dari beberapa kasus yang terjadi dikalangan elit pejabat, hukuma tidak
lah membuat mereka takut karena selain mereka dapat melakukan pembelaan lebih
penjara juga adalah tempat liburan dan istirahat yang cukup nyaman buat mereka,
tidak seperti orang-orang pinggiran yang hidup dengan kemiskinan dan kelaparan,
sebutir nasipun dapat memenjarakan mereka dalam sebuah penjara yang menakutkan
yag tak sedikit orang bunuh diri akibat depresi di dalamnya.
Sungguh ironis, nyaris tak ada yang dapat
membedakan antara Republik ini dengan sebuah hutan bebas jika kita melihatnya
dengan hati dan pikiran yang jernih. Di mana Pancasila dan UUD 1945 hanya
menjadi hiasan dinding gedung-gedung megah, bahkan dengan begitu banyaknya
peraturan demi peraturan yang di keluarkan semata yang tidak untuk dijalankan
melainkan tak terlepas dari pada kepentingan elit penguasa untuk menindas
mereka yang lemah semata, bagaimana tidak karena Hukum itu sendiripun di
rancang dan di sepakati oleh mereka-mereka yang berpotensi besar melakukan
tindakan pelanggaran terhadap hukum itu sendiri.
Semua itu hanya mereka sendiri yang tahu
apakah mereka hewan atau manusia atau kita sendiri yang tahu apakah kita hewan
atau manusia, semua tak dapat kita lihat akan tetapi Rakyat di Republik ini
sesungguhnya telah merasakan dan sangat menyadari bahwa HUKUM RIMBA telah hidup
di Republik ini.
Semoga kita bukan termasuk bagian dari mereka
dan semoga kita termasuk Makhluk Tuhan yang dapat menggunakan akal budi kita
dengan sebagaimana mestinya dan jauh dari pola perilaku kehidupan hewan, walau
sekalipun kita hidup de tengah-tengah mereka yang berprilaku nyaris sama dengan
hewan-hewan bebas dan buas.
Realita yang dituangkan di catatan maya, andai penghuni berdasi yang berlindung di tingginya gedung - gedung itu menggunakan akal yang realistis tanpa menomor satukan lambung yang tak berpangkal, mungkin republik ini tidak akan menjadi hutan yang menanamkan metode siapa yang kuat dia yang menang.
BalasHapusnamun apa daya sulit dipungkiri bahwa materi menjadi raja di bumi pertiwi.
adakah langkah untuk memperbaikinya ... ???